Isu Etika Signifikan dalam Dunia Bisnis dan Profesi
Didalam bisnis tidak jarang berlaku konsep tujuan menghalalkan segala cara.
Bahkan tindakan yang berbau kriminal pun ditempuh demi pencapaian suatu tujuan.
Kalau sudah demikian, pengusaha yang menjadi pengerak motor perekonomian akan
berubah menjadi binatang ekonomi.Terjadinya perbuatan tercela dalam dunia
bisnis tampaknya tidak menampakan kecenderungan tetapi sebaliknya, makin hari
semakin meningkat. Tindakan mark-up, ingkar janji, tidak mengindahkan
kepentingan masyarakat, tidak memperhatikan sumber daya alam maupun tindakan
kolusi dan suap merupakan segelintir contoh pengabdian para pengusaha terhadap
etika bisnis.
Secara sederhana etika bisnis dapat diartikan sebagai suatu aturan main
yang tidak mengikat karena bukan hukum. Tetapi harus diingat dalam praktek
bisnis sehari-hari etika bisnis dapat menjadi batasan bagi aktivitas bisnisyang
dijalankan. Etika bisnis sangat penting mengingat dunia usaha tidak lepas dari
elemen-elemen lainnya. Keberadaan usaha pada hakikatnya adalah untuk memenuhi
kebutuhan masyarakat. Bisnis tidak hanya mempunyai hubungan dengan orang-orang
maupun badan hukum sebagai pemasok, pembeli, penyalur, pemakai dan
lain-lain.Sebagai bagian dari masyarakat, tentu bisnis tunduk pada norma-norma
yang ada pada masyarakat. Tata hubungan bisnis dan masyarakat yang tidak bisa
dipisahkan itu membawa serta etika-etika tertentu dalam kegiatan bisnisnya,
baik etika itu antara sesama pelaku bisnis maupun etika bisnis terhadap
masyarakat dalam hubungan langsung maupun tidak langsung.
1.
Benturan kepentingan
Benturan kepentingan terjadi apabila perusahaan
atau pemilik perusahaan berada dalam kapasitas dan posisi yang memungkinkannya
mengambil keputusan yang menguntungkan kepentingan pribadi atau perusahaan
tanpa dilandasi pertimbangan yang adil dan objektif. Dalam kasus pebisnis
menduduki posisi di pemerintahan atau lembaga legislatif, dikhawatirkan terjadi
konflik kepentingan yang disebut oleh Kernaghan dan Langford sebagai
self-dealing. Bagaimanapun, benturan kepentingan tidak selalu berasal dari
kapasitas atau posisi formal pelaku bisnis dalam pemerintahan atau legislatif.
Benturan kepentingan juga dapat berasal dari kekuatan lain seperti kekuatan
keuangan dan kemampuan melobi. Banyak pelaku bisnis yang memiliki kedua hal itu
meski berada di luar pemerintahan atau lembaga legislatif. Akibatnya, mereka
bukan saja dapat terjebak dalam benturan kepentingan, namun juga
perbuatan-perbuatan tercela.
Boleh jadi memang tidak selalu ada aturan formal
yang khusus dibuat untuk mencegah terjadinya benturan kepentingan. Namun terlepas
dari ada atau tidaknya aturan formal, pelaku bisnis hendaknya tidak hanya
melihat benturan kepentingan dari aspek legal formal semata. Harus pula
dipertimbangkan masalah etika. Etika pada dasarnya adalah standar atau moral
yang menyangkut benar-salah, baik-buruk. Pelaku bisnis yang peduli kepada etika
tidak akan melakukan perbuatan yang melanggar hukum, menghindari
tindakan-tindakan yang dapat menimbulkan tuntutan hukum, dan menghindari
tindakan-tindakan yang akan menghancurkan citra dan reputasi pelaku bisnis.
Namun di samping ketiga hal itu, pelaku bisnis yang peduli etika juga akan
menghindari perilaku yang dapat menimbulkan benturan kepentingan, termasuk
dengan kekuasaan.
Ketidakpedulian terhadap etika bukan hanya akan
berdampak buruk bagi masyarakat, namun juga bagi perusahaan dan pelaku bisnis
sendiri, seperti anjloknya reputasi serta harus dikeluarkannya untuk memulihkan
reputasi yang hilang, yang seringkali amat mahal. Namun yang paling sulit
dikembalikan adalah hilangnya kepercayaan publik terhadap segala tindakan yang
dilakukan pelaku bisnis di masa depan.
2.
Etika dalam tempat kerja
Etika dalam profesionalisme bisnis. Ada dua hal yang terkandung dalam etika
bisnis yaitu kepercayaan dan tanggung jawab. Kepercayaan diterjemahkan kepada
bagaimana mengembalikan kejujuran dalam dunia kerja dan menolak stigma lama
bahwa kepintaran berbisnis diukur dari kelihaian memperdayasaingan. Sedangkan
tanggung jawab diarahkan atas mutu output sehingga insan bisnis jangan puas
hanya terhadap kualitas kerja yang asal-asalan. Adapun beberapa praktik di
dalam suatu pekerjaan yang dilandasi dengan etika dengan berinteraksi di dalam
suatu perusahaan, misalnya:
ü
Etika
Terhadap Saingan Kadang-kadang ada produsen berbuat kurang etis terhadap
saingan dengan menyebarkan rumor, bahwa produk saingan kurang bermutu atau juga
terjadi produk saingan dirusak dan dijual kembali ke pasar, sehingga
menimbulkan citra negatifdari pihak konsumen.
ü
Etika
Hubungan dengan Karyawan Di dalam perusahaan ada aturan-aturan dan batas-batas
etika yang mengatur hubungan atasan dan bawahan, Atasan harus ramah dan
menghormati hak-hak bawahan, Karyawan diberi kesempatan naik pangkat, dan
memperoleh penghargaan.
ü
Etika
dalam hubungan dengan public Hubungan dengan publik harus dujaga sebaik
mungkin, agar selalu terpelihara hubungan harmonis. Hubungan dengan public ini
menyangkut pemeliharaan ekologi, lingkungan hidup. Hal ini meliputi konservasi
alam, daur ulang dan polusi. Menjaga kelestarian alam, recycling (daur ulang)
produk adalah uasha-usaha yang dapat dilakukan perusahaan dalam rangka mencegah
polusi, dan menghemat sumber daya alam.
3.
Aktivitas bisnis internasional – masalah
budaya
Apakah sebuah bisnis merupakan multinasional
sejati atau hanya menjual kepada beberapa pasar luar negeri tertentu, terdapat
sejumlah faktor yang akan berpengaruh terhadap operasi internasionalnya.
Keberhasilan dalam pasar luar negeri sebagian besar ditentukan oleh cara-cara
bisnis tersebut menanggapi hambatan sosial, ekonomi, hukum, dan politik dalam
perdagangan internasional.
Setiap perusahaan yang memiliki rencana
menjalankan bisnis di negara lain harus memahami perbedaan antara masyarakat
dan budaya negara tersebut dengan negara asalnya, beberapa perbedaan tentu saja
cukup jelas terlihat. Sebagai contoh, perusahaan harus memperhitungkan faktor
bahasa dalam melakukan penyesuaian terhadap pengepakan, tanda dan logo.
4.
Akuntabilitas Sosial
Tujuan Akuntanbilitas Sosial, antara lain :
ü
Untuk
mengukur dan mengungkapkan dengan tepat seluruh biaya dan manfaat bagi
masyarakat yang ditimbulkan oleh aktifitas-aktifitas yang berkaitan dengan
produksi suatu perusahaan.
ü
Untuk
mengukur dan melaporkan pengaruh kegiatan perusahaan terhadap lingkungannya,
mencakup : financial dan managerial social accounting, social auditing.
ü
Untuk
menginternalisir biaya sosial dan manfaat sosial agar dapat menentukan suatu
hasil yang lebih relevan dan sempurna yang merupakan keuntungan sosial suatu
perusahaan.
5.
Manajemen Krisis
Manajemen krisis adalah respon pertama perusahaan
terhadap sebuah kejadian yang dapat merubah jalannya operasi bisnis yang telah
berjalan normal. Artinya terjadi gangguan pada proses bisnis ‘normal’ yang
menyebabkan perusahaan mengalami kesulitan untuk mengoptimalkan fungsi-fungsi
yang ada, dan dengan demikian dapat dikategorikan sebagai krisis.
Kejadian buruk dan krisis yang melanda dunia
bisnis dapat mengambil beragam bentuk. Mulai dari bencana alam seperti Tsunami,
musibah teknologi (kebakaran, kebocoran zat-zat berbahaya) sampai kepada
karyawan yang mogok kerja. Aspek dalam Penyusunan Rencana Bisnis.
6.
Kesimpulan
Terjadinya perbuatan tercela dalam dunia bisnis menjadikan
suatu etika harus ditegakkan dalam kegiatan bisnis. Sebagai sebuah pedoman atau
tata cara dalam sebuah kegiatan bisnis. Dalam dunia bisnis bukan tidak mungkin
kita akan menemukan tindak kecurangan atau perbuatan tercela. Karena setiap
pelaku bisnis ingin mendapatkan keuntungan dari kegitatan tersebut. Oleh karena
itu etika ini berperan sangat penting dalam menegakkan kecurangan tersebut. Etika
ini harus ditegakkan bukan hanya dengan pesaing saja, dalam suatu entitas pun
etika harus ditegakan. Karena didalam etika ini terkandung yaitu kepercayaan
dan tanggungjawab. Kepercayaan atasan kepada bawahan dan tanggungjawab yang telah
di wewenangkan kepada pekerja tersebut harus diaksanakan dengan jujur.
7.
Sumber
Komentar
Posting Komentar